Pentingnya Bina Diri Bagi Siswa Tunagrahita

Selasa, 29 Oktober 2019 16:10 WIB

Placeholder image

INFO NASIONAL — Bina diri jarang sekali disentuh oleh para guru. Padahal, ini merupakan materi yang sangat penting bagi anak penyandang tunagrahita.

Hal ini menjadi dasar bagi Iyus Hermansyah untuk melakukan penelitian. Ia adalah salah seorang peserta pada ajang  Pemilihan Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi Tingkat Nasional 2019 pada katagori lomba Guru SDLB Kreativitas.

Tema penelitian yang dia lakukan adalah “Media Video Pembelajaran Bina Diri Terhadap Peningkatan Kemampuan Merawat Diri Anak Tunagrahita Sedang Kelas VI di Sekolah Negeri 01 Kabupaten Lebak.”

Bina diri yang dia lakukan dalam penelitian adalah menggosok gigi. Tema ini pasti dianggap sepele bagi kebanyakan orang, namun bagi anak penyandang tunagrahita yang mengalami hambatan dalam intelektual ini sangatlah penting.

Sebab, tidak semua anak bisa melakukan gosok gigi secara benar sesuai tahapan. Melalui media video inilah, Iyus ingin memberikan tuntunan atau arahan bagaimana menggosok gigi dengan benar dan sesuai tahapan.

“Pemeran pada video tersebut saya sendiri. Ini merupakan cara yang efektif, sebab mereka memerlukan arahan dan tuntunan  dari gurunya dalam melakukan tahapan-tahapan dari persiapan menyiapkan bahan, menggosok giginya seperti apa, sampai merapikan alat menggosok giginya. Bagi kita mudah, bagi mereka ini merupakan suatu hal yang sulit,” ujarnya usai mempresentasikan hasil penelitian di Century Park Hotel, Senayan, Jakarta, Rabu, 14 Agustus 2019.

Dia menjelaskan  bina diri sangat jarang disentuh oleh guru-guru lain. Kebanyakan  guru-guru menggarap unsur akademik seperti menulis,  membaca, dan berhitung.  Padahal, ini sangat penting karena tujuan akhir dari pendidikan bagi anak tunagrahita adalah menciptakan kemandirian anak.

“Kenapa bina diri? Karena kebutuhan khusus untuk anak tunagrahita ending goal-nya adalah merawat diri dan mandiri saat hidup di tengah masyarakat. Ketika tidak bisa hidup mandiri berarti peran dan fungsi gurunya di sekolah belum tercapai,” kata Iyus.

Menurutnya, gosok gigi lebih utama bagi mereka, karena jika gigi sakit akan terasa ke semua badan. “Setelah giginya kuat dan sehat maka akan melakukan bina diri yang lain. Ini adalah tahapan awal, setelah itu mandi, pakai sepatu, menyisir rambut dan hal-hal lainnya,” tutur Iyus.

Dia mengatakan media pembelajaran yang dilakukan ini terbilang efektif, sebab siswa-siswa yang menerima pembelajaran tersebut memberikan dampak yang signifikan. “Dari anak-anak yang belum bisa menggosok gigi dengan baik sekarang bisa dan sesuai dengan tahapan yang seharusnya,” ucapnya.

Pada kesempatan itu, Iyus mengapresiasi penyelenggaraan ajang Pemilihan Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi Tingkat Nasional Tahun 2019. Menurutnya, kegiatan ini sangat baik dan memberikan motivasi bagi para guru untuk terus melakukan inovasi dan mengembangkan kreativitasnya dalam menyiapkan media pembelajaran.

“Kami memberikan apresiasi kepada Kemendikbud karena telah menyelenggarakan acara ini. Ini adalah kegiatan yang sangat bermanfaat bagi kami dalam menunjukkan karya kami selama di sekolah. Ini adalah kegiatan yang membahagiakan bagi para guru,” ujar Iyus.(*)